SAYAP BURUNG PIPIT
Sedikit mengintip, menyeka sayap kiri dan kanannya bergantian. Mematukkan paruh kecilnya pada bintik-bintik yang terlihat seperti remah biji tidak jauh dari tempatnya bertengger. Mungkin biji buah-buahan yang tertiup angin dari pepohonan dekat tempatnya bersarang.
Seekor pipit pagi itu hanya bisa berpuas diri dengan sarapan sisa-sisa biji yang terbawa angin. Setidaknya biji-bijian itu bukan dari hasil rebut ataupun curian. Seperti Tuhan yang sudah menjanjikan setiap nikmat, tidak akan kurang. Pasti tersedia.
Masih saja menatap tenang sedikit sinar mentari yang terlihat dari celah pepohonan pagi itu. Belum juga ingin dirinya terbang. Berhari-hari sudah seekor pipit itu berdiam pada sangkar yang entah siapa yang merangkainya. Dirinya hanya terdampar oleh arus angin yang pernah kacau. Sesekali sepulangnya dari pencarian, pipit kecil itu memperbaiki sangkar dengan menambah sedikit demi sedikit patahan ranting kecil yang diselipkan dalam paruh juga kedua kakinya.
Ia paham betul ke mana angin akan menyeretnya jika tak tenang dalam sangkar. Sehari-harinya hanya berpeluk pada kedua sayap, seharinya sesekali memejamkan mata menikmati embun pagi, juga memejamkan mata menanti jingganya senja berganti malam. Tak berani dirinya membuka mata saat matahari tenggelam berganti purnama. Membuka ataupun terpejam tidak akan mengubah rasa hatinya. Masih saja terasa sepi. Tidak juga hampa, tidak juga terasa ramai. Selagi dinginnya embun pagi sejenak akan terganti dengan hangatnya matahari, maka dirinya yakin bahwa indahnya senja tidak menjanjikan ramainya para bintang malam.
Kedua sayapnya adalah pengendali diri dari setiap terbang yang jauh. Pengingat untuk pulang beristirahat dari lelahnya pencarian. Juga sebagai pelindung dari kuatnya arus angin yang kapanpun bisa tiba-tiba membuatnya terdampar kembali ke sangkar yang asing. Penjagaan dirinya bukanlah paruh kecil yang sesekali mencuit jika dalam bahaya. Cuitannya tidak menjamin ada pertolongan yang mendekat. Hanya kedua sayapnya lah tempatnya berlindung.
Comments
Post a Comment