PENTINGNYA KEMAMPUAN MEMBACA ANAK SEBELUM MASUK SD


 

KAPAN ANAK HARUS DIKENALKAN DENGAN LITERASI NUMERASI ?

    Kurangnya daya Literasi Numerasi pada Siswa, berdampak pada kemampuan belajar yang kompleks dan rumit menuju jenjang sekolah yang lebih tinggi. Terbukti dengan banyaknya siswa SMP SMA SMK yang belum bisa menulis membaca aksara dan angka dengan jelas. Bukan menyudutkan guru SD, tetapi peran orang tua di rumah juga sangat penting.  Jika siswa masih berusia 3-4 tahun, dan orang tua sadar untuk memilih calon sekolah mana yang nantinya akan dijadikan tempat pembimbingan anak setiap hari, maka pasti Anda sebagai orang tua tidak hanya menyiapkan kebutuhan dana sebagai pangkal dari syarat masuk sekolah tersebut.

    Sebagian besar orang tua banyak yang belum paham bahwa kesiapan dana harus berjalan beriringan dengan kemampuan anak dalam MEMBACA.

Kemampuan Literasi adalah kemampuan menulis dan membaca.

Kita sepakat dulu, bahwa menulis dan membaca tidak harus pertama kali dikenalkan dengan abjad dan angka. Tanpa kita sadari, anak yang bisa menghapal raut wajah Ayah dan Ibunya adalah salah satu kemampuan anak yang membuktikan bahwa mereka sudah bisa membaca sejak dini.

Kegiatan membaca tidak hanya berkaitan dengan aksara, membaca adalah mengenali sesuatu yang dilihat oleh indera penglihatan. Anak umur 3 tahun yang sudah bisa membedakan mana warna hijau dan pink, sudah bisa disimpulkan bahwa anak tersebut sudah cakap literasi dengan skala kecil. Bahkan ada beberapa anak umur emas tersebut yang bisa tahu beberapa logo brand atau logo perusahaan tempat Ayah Ibunya bekerja karena setiap harinya melihat ayah ibu memakai identitas tersebut, atau ada anak yang bisa menulis mencoret-coret random tapi anak bisa menunjukkan kepada ayah ibunya bahwa coretan itu adalah sebuah gambar hasil imajinasi dunianya sendiri, hal ini membuktikan bahwa semua anak memiliki kemampuan literasi yang sama walau prosesnya yang berbeda.

Proses literasi inilah yang setiap orang tua dan guru punya cara berbeda dalam menempuh tujuan pembelajaran. Jika ibu mempercayakan sepenuhnya hanya kepada guru, kami juga terseok-seok untuk memaksa siswa agar bisa menguasai literasi. Kami sangat sadar kewajiban guru adalah membimbing penuh tanpa pilih. Tapi apa artinya jika tidak ada peran orang tua sebagai perpanjangan tangan sekolah untuk berkolaborasi agar siswa mampu menambah kemampuan literasi numerasi di sekolah dan di rumah.

            Lupakan dulu aturan yang beredar bahwa anak SD tidak wajib membaca saat usia awal SD. Untuk kali ini saya tidak sepakat dengan aturan tersebut. Ayah Ibu, setiap guru memegang ‘kitab suci’ yang di dalamnya ada tujuan pembelajaran yang harus dicapai guru, saya beri contoh dari aspek kognitif :

Aspek Kognitif

  • Memahami konsep dasar: Mengenal angka, huruf, warna, bentuk, ukuran, dan pola sederhana.
  • Berpikir kritis: Mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, dan memecahkan masalah sederhana.
  • Mengingat informasi: Menghafal nama-nama, lagu, dan doa.
  • Mengenal lingkungan sekitar: Mengenali anggota keluarga, bagian tubuh, hewan, tumbuhan, dan benda-benda di sekitar.

    Saya yakin Anda sebagai orang tua sudah memahami konsep dasar ini. Bisa dibuktikan dengan anak-anak kita sudah memperoleh dari rumah sejak umur 2-3 tahun serta bisa diminta tolong untuk melakukan sesuatu saja, dan anak mampu run for errands, anak sudah berhasil mengenal bentuk, warna, dan ukuran. Daya literasi seperti ini pelan-pelan sudah Orang tua kenalkan dengan anak. Proses literasi konsep dasar sudah berhasil orang tua laksanakan.

Tapi, jika konsep dasar ini belum dikuasai anak apalagi sampai di usia kelas 1 SD, orang tua wajib hukumnya berkonsultasi dengan guru kelas, meminta saran dan mengaplikasikan di rumah sebagai kelanjutan belajar anak di rumah.

 

            Ada hal lain juga yang membuat sebagian anak sulit membaca, adalah bahasa Ibu yang dikenalkan bukan bahasa Indonesia. Dari usia bayi hingga menuju usia TK ada beberapa Ibu yang mengenalkan bahasa Inggris penuh kepada anak. Hal ini juga termasuk pemicu kecil sulitnya anak membaca secara bahasa Indonesia. Jika orang tua yakin akan memasukkan anak masuk SD di sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia, maka sebaiknya dipersiapkan sejak awal. Ketika anak sudah paham pengenalan bahasa Indonesia, orang tua bisa mengenalkan bahasa asing sebagai bekal khusus pemerolehan bahasa anak.

            Jadi, apakah kemampuan literasi numerasi anak penting sebelum masuk SD? SANGAT PENTING. Jika terlambat, pilihlah sekolah yang kiranya menyediakan jam tambahan untuk belajar membaca dengan kelompok kecil di sekolahnya. Atau orang tua bisa mencari guru privat untuk di rumah. Wajib diingat, bahwa sekolah pertama anak adalah Ayah dan Ibunya. Jadi jika orang tua sudah kompak berkolaborasi di rumah, pastinya pemerolehan ilmu anak di sekolah juga akan kurang lebih sama dengan apa yang guru sajikan di kelas. Jika anak sudah bisa membaca dan menulis dengan baik sesuai usianya, maka orang tua boleh banget untuk mengembangkan diri di rumah dengan inovasi pembelajaran yang menjadi pelengkap belajar siswa di sekolah. Saat ini banyak sekali guru-guru muda yang merupakan creator konten di aplikasi tiktok dan instagram bisa kita tiru strategi belajarnya di rumah. Dampak positifnya, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, tangkas dalam pemecahan masalah individu dan kelompok, serta lebih percaya diri tentunya.

Semangat menjadi Ibu dan Bapak Guru di rumah yaa para orang tua !


Comments

Popular Posts