RESENSI JATUH CINTA SEPERTI DI FILM-FILM

Source : XXI Youtube screencaptured

SEKILAS MERASAKAN
JATUH CINTA SEPERTI DI FILM-FILM

     Judul yang tidak asing sebenarnya, jika sebelumnya sudah pernah mendengar lagu milik Donne Maula yang berjudul Bercinta Lewat Kata. Ini adalah judul film kedua karya Yandi Laurens yang saya tonton, setelah judul pertama yang saya sangat hapal adalah Keluarga Cemara. Mungkin karena sutradaranya sudah nyaman dengan Nirina dan Ringgo, sekalian saja satu garapan dengan judul film terbaru kali ini. Kalau di Keluarga Cemara, mereka berdua sebagai sepasang orang tua, pada film yang terbaru ini, mereka berdua jadi sepasang teman lama yang akhirnya bisa merasakan jatuh cinta kembali. Walaupun usia sudah tidak muda, Chemistrynya tetap dapat, sangat dapat.

    Kita bahas tentang estetika filmnya dulu ya, ada satu hal yang unik di sini. Penggambaran hitam putih yang kita juga sudah dapat bocoran dari trailer yang beredar. Tapi, Hana di film ini dikisahkan sebagai pemilik toko bunga, yang sepanjang filmnya, kita akan dipatahkan dengan ilusi pandangan yang harusnya kan bunga-bunga ini lebih terlihat berwarna-warni, tapi semuanya hanya monokrom. Tapi, itu tetap unik dan nilai estetiknya, jempolan. Untungnya Hitam putihnya tidak intens sepanjang film, hanya pada adegan imajinasi Si Bagus saja, seakan memperjelas bahwa hitam putih itu masih belum jelas akan diwujudkan menjadi warna-warna yang seperti apa. 

    Setelah bahas monokromnya yang estetik, kita beralih pada hal-hal yang mungkin ini relate sama kehidupan romansa manusia-manusia yang umurnya sekitar 30-40an. Jatuh cinta pada rentang usia itu, memang tidak akan sama dengan yang dirasakan oleh remaja-remaja di usia bawahnya. Aktifitas dan hal-hal yang menjadi fokus utama akan lebih sering jadi obrolan. Nah, Obrolan atau pembahasan inilah yang menjadi titik fokus dalam alur film ini. Bagus dan Hana di sepanjang film banyak sekali pembahasan tentang kehidupan, sama penggambarannya dengan lagu soundtrack milik Donne Maula yang digunakan ada lirik "saling mengerti hanya lewat bicara, lepas dan hangat hanya lewat bicara". 

    Dengan kondisi Hana yang masih berduka sepeninggal mendiang suaminya, Bagus yang masih menyimpan cintanya untuk hana, tanpa sengaja bertemu di salah satu supermarket dan akhirnya berujung dengan pertemuan yang intens serta penuh dengan obrolan. Hal-hal yang mereka bahas juga sangat sederhana yang sebenarnya secara tidak langsung mereka berdua juga butuh validasi dari isi hati mereka. Bagus yang punya ambisi besar dan menggebu-gebu, ingin menyatakan perasaannya kepada Hana, bertemu dengan versi Hana yang situasinya sekarang sudah lebih memasrahkan jalan hidup dan tidak terlalu mengejar sesuatu, bahkan sudah tidak bisa lagi merasakan jatuh cinta karena menurutnya cintanya sudah habis dimiliki mendiang suaminya, membuat sedikit perbedaan pendapat terjadi dalam beberapa adegan. Tapi itu adalah hal-hal yang sering kita jumpai dan memang sering terjadi pada kebanyakan orang.

    Perihal jatuh cinta dalam rentang usia 30-40an, seperti yang dirasakan Bagus dan Hana, di film ini seperti ingin memperjelas bahwa nilai-nilai keromantisan pada usia tsb tidak lagi sama dengan abege yang usianya jauh di bawah kita, sudah tidak lagi dipusingkan dengan Barang apa yang ingin dihadiahkan, membawakan makanan kesukaan, saling merangkul di tepi pantai, dinner romantis, atau harus berakhir dengan adegan kissing, itu sama sekali jarang terjadi dan memang di film ini ending yang disuguhkan ya sangat sederhana. 

    Pada film ini, hanya obrolan saja yang betul-betul menjadi fokus alurnya. Isi pembicaraanya, atau bisa saya sebut, storytelling  yang dimiliki dalam setiap dialognya berisi banget, jempolan banget. Kemanapun Bagus dan Hana bepergian berdua, entah sedang memilih bunga-bunga, di perjalanan dalam mobil, sambil makan nasi padang, selalu ada obrolan yang relate dengan kehidupan kita. 

    Ada juga sedikit adegan mengenai Hana yang sempat trauma untuk tidur di kamar sendiri sepeninggal mendiang suaminya, merasa aneh karena sisi sebelahnya terasa kosong, dan memilih untuk tidur di ruang tamu, dan tidurnya juga sering terbangun tidak nyenyak berkali-kali, Itu sempat terjadi juga dengan yang menulis resensi ini :D
atau saat Hana merasa dia tidak layak untuk jatuh cinta lagi, seperti sudah menyerah bahwa bahagianya hanya bisa bersama mendiang suaminya, untuk mencoba hal baru jadi lebih tidak percaya diri sehingga lebih memilih untuk hemat tenaga dengan kesibukan sendiri. Itu terbukti nyata banyak yang mengalami hal tsb dalam situasi berduka. 

    Tapi, saya setuju dengan sedikit dialog Hana yang menunjuk kepada Ibu yang membantunya di toko bunga, sedikit tidak jauh berbeda dengan pernyataan Hana bahwa berduka itu akan kita bawa setiap hari, hidup terus berjalan, aktifitas akan terus seperti biasa. Betul sekali. 

    Satu hal lagi yang saya dapat sebaik-baiknya pelajaran kehidupan dari film ini adalah, pada rentang usia tsb, sesulit apapun situasinya, sedalam apapun luka dan duka yang sedang dipikul, Hana digambarkan dengan karakteristik yang tenang, tidak pernah sedikitpun mencoba menyakiti orang lain dengan memaksa orang-orang di sekitarnya untuk memahami kondisinya. Dia mencoba tabah, ikhlas, pasrah, dan berjuang sembuh sendiri dengan salah satu caranya adalah berpindah ke kota lain, menjalani kesukaannya menyusun bunga, kemudian tiba-tiba Tuhan hadirkan penghiburan dalam bentuk seseorang yang sudah pernah ia kenal sebelumnya untuk bisa menemaninya kembali sembuh, walau hanya sekedar pertemuan dan cerita sederhana.
Dan dari cerita sederhana itu, hidupnya jadi lebih terasa ringan tanpa menunda perasaan apa yang saat itu akan muncul bersama Bagus. 

Sekian. Tarik napas dalam-dalam sedikit yaa :)


-elisk-



Comments

Popular Posts